DI SUSUN OLEH :
NAMA : INDAH NOVANTI
NIM : 1730701115
DOSEN
PEMBIMBING : ALVA BERIANSYAH S.IP., M.IP.,
FAKUTAS
ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PRODI
ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
TAHUN
AJARAN 2017/2018
KATA
PENGANTAR
Dengan
menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
kekuasaan ini .
Makalah ini telah saya susun dengan usaha maksimal . Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah tentang kekuasaan.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang kekuasaan ini menambah wawasan pengetahuan atau pun manfaat bagi para pembaca.
Makalah ini telah saya susun dengan usaha maksimal . Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah tentang kekuasaan.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang kekuasaan ini menambah wawasan pengetahuan atau pun manfaat bagi para pembaca.
KEKUASAAN
A.
Definisi
Kekuasaan
Kekuasaan adalah
kemampuan seseorang atau sekelompok manusia untuk mempengaruhi tingkah laku
seseorang atau kelompok lain sedemikian rupa sehingga tingkah laku itu menjadi
sesuai dengan keinginan dan tujuan dari orang yang mempunyai kekuasaan itu.
Gejala kekuasaan adalah gejala yang lumrah terdapat dalam setiap masyarakat,
dalam semua bentuk hidup bersama. Manusia mempunyai bermacam-macam keinginan
dan tujuan yang ingin sekali dicapai,
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna
menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan,
kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh satu atau dua atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi
tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai
dengan keinginan dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002) atau Kekuasaan merupakan
kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku
sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Ramlan Surbakti,1992).
·
Sudut pandang kekuasaan
ü Kekuasaan
bersifat positif
merupakan Kemampuan yang
dianugerahkan oleh Allah kepada individu sebagai pemegang kekuasaan tertinggi
yang dapat mempengaruhi dan mengubah pemikiran orang lain atau kelompok untuk
melakukan suatu -tindakan yang diinginkan oleh pemegang kekuasaan dengan
sungguh-sungguh dan atau bukan karena paksaan baik secara fisik maupun mental.
Namun di dalam kekuasaan tidak semuah yang berkuasa memiliki kewenangan, karena
kewenangan bersifat khusus
ü Kekuasaan
bersifat Negatif
Merupakan sifat atau
watak dari seseorang yang bernuansa arogan, egois, serta apatis dalam
memengaruhi orang lain atau kelompok untuk melakukan tindakan yang diinginkan
oleh pemegang kuasa dengan cara paksaan atau tekanan baik secara fisik maupun
mental. Biasanya pemegang kekuasaan yang bersifat negatif ini tidak memiliki
kecerdasan intelektual dan emosional yang baik,mereka hanya berfikir pendek
dalam mengambil keputusan tanpa melakukan pemikiran yang tajam dalam mengambil
suatu tindakan, bahkan mereka sendiri kadang-kadang tidak dapat menjalankan
segala perintah yang mereka perintahkan kepada orang atau kelompok yang berada
di bawah kekuasannya karena keterbatasan daya pikir tadi. dan biasanya
kekuasaan dengan karakter negatif tersebut hanya mencari keuntungan pribadi atau
golongan di atas kekuasannya itu. karena mereka tidak memiliki kemampuan atau
modal apapun selain kekuasaan untuk menghasilkan apapun, dan para pemegang
kekuasaan bersifat negatif tersbut biasanya tidak akan berlangsung lama karena
tidak akan mendapatkan dukungan sepenuhnya oleh rakyatnya.
·
Legitimasi kekuasaan
Dalam
pemerintahan mempunya makna yang berbeda: "kekuasaan" didefinisikan
sebagai "kemampuan untuk memengaruhi seseorang untuk melakukan sesuatu
yang bila tidak dilakukan", akan tetapi "kewenangan" ini akan
mengacu pada klaim legitimasi, pembenaran dan hak untuk melakukan kekuasaan. Sebagai
contoh masyarakat boleh jadi memiliki kekuatan untuk menghukum para
kriminal dengan hukuman mati tanpa sebuah peradilan sedangkan orang-orang yang
beradab percaya pada aturan hukum dan perundangan-undangan dan menganggap bahwa
hanya dalam suatu pengadilan yang menurut ketenttuan hukum yang dapat memiliki kewenangan
untuk memerintahkan sebuah hukuman mati.
Dalam perkembangan
ilmu-ilmu sosial, kekuasaan telah dijadikan subjek penelitian dalam berbagai
empiris pengaturaneluarga (kewenangan orangtua), kelompok-kelompok kecil
(kewenangan kepemimpinan informal), dalam organisasi seperti sekolah, tentara,
industri dan birokrat (birokrasi dalam organisasi pemerintah) dan masyarakat
luas atau organisasi inklusif, mulai dari masyarakat yang paling primitif
sampai dengan negara, bangsa-bangsa modern atau organisasi (kewenangan
politik).
·
Sifat kekuasaan
Kekuasaan
cenderung korup adalah ungkapan yang sering kita dengar, atau dalam
bahasa Inggrisnya adalah Power tends to corrupct. Kekuasaan dapat
dikatakan melekat pada jabatan ataupun pada diri orang tersebut, penjelasannya
adalah sebagai berikut:
1. Position
Power, kekuasaan yang melekat pada posisi seseorang dalam sebuah organisasi.
2. Personal
Power, kekuasaan yang berada pada pribadi orang tersebut sebagai hubungan
sosialnya.
ü Sumber – sumber
kekuasaan meliputi:
1.Sarana Paksaan
Fisik
2. Keahlian
3. Hukum normati
4. Status sosial
5. Harta kekayaan
6. Popularitas
7. Jabatan
8. Massa yg terorganisir
Definisi
Kekuasaan menurut para Ahli :
1.
Kekuasaan
menurut Ossip K. Flechthein adalah : “ Keseluruhan dari
kemampuan, hubungan-hubungan dan proses-proses yang menghasilkan ketaatan dari
pihak lain untuk tujuan-tujuan yang telah ditetapkan oleh pemegang kekuasaan”.
2.
Kekuasaan
l menurut Robet M. MacIver adalah “ Kemampuan untuk
mengendalikan tingkah laku orang lain, baik secara langsung dengan jalan
memberi perintah, maupun secara tidak langsung dengan mempergunakan segala alat
dan cara yang tersedia. ”
Kekuasaan
biasanya berbentuk hubungan (relationship), dalam arti bahwa ada satu pihak
yang memerintah dan ada pihak yang diperintah (the ruler and the ruled), satu
pihak yang memberi perintah, satu pihak yang mematuhi perintah. Tidak ada
persamaan martabat, selalu yang satu lebih tinggi daripada yang lain dan selalu
ada unsur paksaan dalam hubungan kekuasaan. Paksaan tidak selalu perlu dipakai
secara gamblang, tetapi adanya kemungkinan paksaan itu dipakai, sering sudah
cukup.
Setiap manusia
sekaligus merupakan subyek dari kekuasaan dan obyek dari kekuasaan. Misalnya
seorang presiden membuat undang-undang, tetapi disamping itu dia harus tunduk
kepada undang-undang. Sumber kekuasaan terdapat dalam berbagai segi. Dia dapat
bersumber dari kekerasan fisik, dapat juga bersumber pada kedudukan , pada
kekayaan, atau kepercayaan, dan lain-lain.
B.
Sumber
Kekuasaaan
Frenccha
dan Raven(1959)membuat taksonomi untuk mengklafikasikan berbagai tipe kekuasaan
menurut sumbernya ,diantaranya :
1. Kekuasaan
Yang Memiliki Legitimasi
Kekuasaan yang
berasal dari wewenang formal dalam aktivitas pekerjaan terkadang disebut
“kekuasaan yang memilikiu legitimasi” (frenc & raven 1959). Proses
mempengaruhi yang terjadi dalam kekuasaan yang memiliki legitimasi sangatlah
kompleks. Beberapa ahli teori memberikan penekanan pada wewenang yang mengarah
kebawah dari pemilik perusahan dan manajemen puncak, tetapi potensi
mempengaruhi yang berasal dari wewenang banyak tergantung pada kekuasaan yang
disetujui seperti pada kepemilikan dan kendali atas hak milik (Jacobs,1970).
Anggota organisasi biasanya setuju untuk mematuhi aturan dan arahan dari
pemimpin agar mendapatkan keuntungan dri keanggotaan mereka (march & simon,
1958). Namun, biasanya persetujuan ini merupakan pemahaman bersama yang
implisit bukannya sebuah kontrak formal yang eksplisit.
Kepatuhan
terhadap aturan dan perintah yang sah akan lebih mungkin terjadi kepada anggota
yang mengakui organisasi dan loyal terhadapnya. Kepatuhan ini juga akan lebih
mungkin terjadi kepada anggota yang mengalami inrenalisasi nilai yang tepat
untuk memenuhi tokoh yang memiliki otoritas, menghormati hokum dan mengikuti
tradisi.
2. Kekuasaan memberi penghargaan
Kekuasaan memberi
penghargaan adalah persepsi dari seorang target bahwa agen mempunyai kendali
terhadap sumber daya yang penting dan penghargaan yang diinginkan oleh target.
kekusaan memberi penghargaan itu berasal dari bentuk wewenag formal untuk
mengalokasikan sumber daya dan imbalan. Wewenang ini memiliki banyak variasi
diantara organisasi dan antara satu tipe posisi manajemen dengan posisi lainnya
dalam organisasi yang sama. pengendalian yang lebih banyak atas sumber daya
yang langkah biasanya wewenangnya lebih banyak dipegang oleh level eksekutif
tinggi dari pada oleh manajer level rendah.
Kekuasaan memberi
penghargaan tidak hanya tergantung pada kendali aktual dari manajer atas sumber
daya dan penghargaan,tetapi juga oleh persepsi seorang target bahwa agen
memilki kapasitas dan keinginan untuk memenuhi janjinya. Suatu upaya untuk menggunakan
kekusaan memberi penghargaan tidak akan berhasil jika agen itu kekurangan
kredibilitas sebagai sumber dari sumber daya penghargaan .
Kekuasaan memberi penghargaan sebagian
besar diterapkan dengan janji secara eksplisit atau implisit untuk memberikan
sesuatu kepada seorang target yang digunakan sebagi agen control dalam
melaksanakan permintaan atau melakukan sebuah tugas.
3. Kekusaan memaksa
Pemimpin yang
menerapkan kekuasaan memaksa kepada bawahan membuat dasar pada wewenang memberi
hokum, yang memiliki variasi amat banyak pada berbagai organisasi berada.
Kekuasaan memaksa oleh pemimpin militer dan politik biasanyan lebih besar
daripada kekuasaan manajer suatu perusahan. Dalam dua abad terakhir, secara
umum terjadi penurunan penerpan legimitasi yang memaksa pada semua tipe
pemimpin (katz&khan,1978). Sebagi contoh manajer pernah mempunyai hak untuk
memecat karyawan karenan berbagi alasan yang mereka pikir benar. Seorang kapten
kapal dapat memukul kelasinya yang tidak patuh atau dianggap tiidak rajin dalam
menjalankan tugasnya. Perwira militer dapt menghukum prajurit karena dsisersi
atau tidak mematuhi perintah dalam pertempuran. Sekrang ini, buentuk kekuasaan
memaksa telah dilarang atau dengan tegas dibatasi pada sebagian besar
Negara.
4. Kekuasaan
Terhadap Informasi (Informastion Power)
Sumber kekuasaan
lain yang juga penting adalah kendali atas informasi. Tipe kekuasaan ini
melibatkan akses terhadap informasi vital dan kendali atas distribusi informasi
kepada orang lain (Pettingrew, 1972). Beberapa akses untuk informasi merupakan
hasil dari kedudukan seseorang dalam jaringan komunikasi dalam organisasi.
Posisi manajerial sering kali memberikan kesempatan untuk mendapatkan informasi
yang tidak secara langsung tersedia bagi bawahan atau rekan sejawat (Minzberg,
1973, 1983). Batasan posisi peran (
seperti pemasaran, pembelian, hubungan masyarakat) memberikan akses pada
informasi penting mengenai pristiwa dilingkungan eksternal organisasi. Akan
tetapi, hal ini tidak hanya masalah kedudukan pada posisi penting dan memiliki
informasi yang seolah muncul begitu saja; seseorang harus secara aktif terlibat
dalam usaha membangun jaringan sumber informasi dan mengumpulkan informasi
tersebut dari mereka (Kottler, 1982).
C.
Pengaruh
Kekuasaan
Untuk
memahami komponen politik dari organisasi, mengkaji taktik dan strategi yang
digunakan oleh seseorang atau subunit untuk meningkatkan peluangnya dalam
memenangkan permainan politik, individu atau subunit dapat menggunakan beberapa
taktik poltik untuk memperoleh kekuasaan dalam mencapai tujuan. Taktik
memainkan politik dalam organisasi adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan
ketidakmampuan mengganti. Jika dalam suatu organisasi hanya ada satu-satunya
orang atau subunit yang mampu melakukan tugas yang dibutuhkan oleh subunit atau
organisasi, maka ia atau subunit tersebut dikatakan sebagai memiliki
ketidakmampuan mengganti.
2. Dekat
dengan manajer yang berkuasa. Cara lain untuk memperoleh kekuasaan adalah
dengan mengadakan pendekatan dengan manajer yang sedang berkuasa.
3. Membangun
koalisi. Melakukan koalisi dengan individu atau subunit lain yang memiliki
kepentingan yang berbeda merupakan taktik politik yang dipakai oleh manajer
untuk memperoleh kekuasaan untuk mengatasi konflik sesuai dengan keinginanya.
4. Mempengaruhi
proses pengambilan keputusan. Dua taktik untuk mengendalikan proses pengambilan
keputusan agar penggunaan kekuasaan nampaknya memiliki legitimasi dan sesuai
dengan kepentingan organisasi yaitu mengendalikan agenda dan menghadirkan ahli
dari luar.
5. Menyalahkan
atau menyerang pihak lain. Manajer biasanya melakukan ini jika ada sesuatu yang
tidak beres atau mereka tidak dapat menerima kegagalannya dengan cara
menyalahkan pihak lain yang mereka anggap sebagai pesaingnya.
6. Memanipulasi
informasi. Taktik lain yang sering dilakukan adalah manipulasi informasi.
Manajer menahan informasi, menyampaikan informasi kepada pihak lain secara
selektif, mengubah informasi untuk melindungi dirinya.
7. Menciptakan
dan menjaga image yang baik. Taktik positif yang sering dilakukan adalah
menjaga citra yang baik dalam organisasi tersebut. Hal ini meliputi penampilan
yang baik, sopan, berinteraksi dan menjaga hubungan baik dengan semua orang,
menciptakan kesan bahwa mereka dekat dengan orang-orang penting dan hal yang
sejenisnya.
·
Selain itu sejumlah studi telah
mengidentifikasi kategori perilaku mempengaruhi yang proaktif yang disebut
sebagai taktik mempengaruhi, antara lain :
1. Persuasi
Rasional
Pemimpin
menggunakan argumentasi logis dan bukti faktual untuk mempersuasi pengikut
bahwa suatu usulan adalah masuk akal dan kemungkinan dapat mencapai sasaran.
2. Permintaan Inspirasional
Pemimpin membuat
usulan yang membangkitkan entusiasme pada pengikut dengan menunjuk pada
nilai-nilai, ide dan aspirasi pengikut atau dengan meningkatkan rasa percaya
diri dari pengikut.
3.
Konsultasi
Pemimpin mengajak
partisipasi pengikut dalam merencanakan sasaran, aktivitas atau perubahan yang
untuk itu diperlukan dukungan dan bantuan pengikut atau pemimpin bersedia
memodifikasi usulan untuk menanggapi perhatian dan saran dari pengikut.
4. Menjilat
Pemimpin
menggunakan pujian, rayuan, perilaku ramah-tamah, atau perilaku yang membantu
agar pengikut berada dalam keadaan yang menyenangkan atau mempunyai pikiran
yang menguntungkan pemimpin tersebut sebelum meminta sesuatu.
5. Permintaan Pribadi
Pemimpin
menggunakan perasaan pengikut mengenai kesetiaan dan persahabatan terhadap
dirinya ketika meminta sesuatu.
6. Pertukaran
Pemimpin
menawarkan suatu pertukaran budi baik, memberi indikasi kesediaan untuk
membalasnya pada suatu saat nanti, atau menjanjikan bagian dari manfaat bila
pengikut membantu pencapaian tugas.
Taktik Koalisi
Pemimpin mencari bantuan dari orang
lain untuk mempersuasi pengikut agar melakukan sesuatu atau menggunakan
dukungan orang lain sebagai suatu alasan bagi pengikut untuk juga
menyetujuinya.
7.
Taktik Mengesahkan
Pemimpin mencoba untuk menetapkan
validitas permintaan dengan menyatakan kewenangan atau hak untuk membuatnya
atau dengan membuktikan bahwa hal itu adalah konsisten dengan kebijakan,
peraturan, praktik atau tradisi organisasi.
D. Otoritas dan Legitimasi Kekuasaan
1.
Pengertian
Otoritas Dan Legitimasi
Kekuasaan dapat didefenisikan sebagai
hasil pengaruh yang diinginkan. Sehingga kesimpulan kekuasaan itu sebagai suatu
konsep kuantitatif. Setiap bentuk kekuasaan itu akan ada yang lebih
mendominasi, walau mungkin tak dapat dikatakan bahwa salah satu dari yang
berkompetisi lebih berkuasa, namun secara kasar atau penglihatan dasar, akan
ada salah satu memiliki kekuasaan yang lebih banyak. Untuk pengertian kekuasaan
ada pengertian yang memandang kekuasaan itu dari segi positif, Talcott Parsons
(Oktober 1957) mengatakan bahwa: Kekuasaan adalah kemampuan untuk menjamin
terlaksananya kewajiban-kewajiban yang mengikat, oleh kesatuan-kesatuan dalam
suatu sistem organisasi kolektif.
Kewajiban adalah sah jika menyangkut
tujuan-tujuan kolektif. Jika ada perlawanan, maka pemaksaan melalui
sanksi-sanksi negatif dianggap wajar, terlepas dari siapa yang melaksanakan
pemaksaan itu. Dalam hal ini, Talcott melihat bahwa kekuasaan itu pendukung
untuk mencapai tujuan bersama atau kolektif, sehingga untuk mencapai tujuan itu
butuh suatu kekuasaan untuk mengatur hingga terlaksananya kewajiban-kewajiban
yang mengikat, apabila ada yang tidak mengikuti ataupun melanggar akan mendapat
sanksi. Dan dalam pelaksanaan sanksi tentunya ada pihak yang berwenang atau
memiliki otoritas.
2.
Hubungan antara
Kekuasaan, wewenang dan legitimasi
Kekuasaan yang telah memiliki wewenang
yang kemudian diakui atau terlegitimasi, maka aka nada sebuah siklus hubungan
yang saling mempengaruhi. Kekuasaan hanyalah sebuah bentuk kekuatan atau
pengaruh yang tertanam pada setiap anggota, namun tidak terstruktur atau resmi
maka kekuasaan itu hanya sebuah bentuk yang semu dan tanpa disadari akan hilang
dengan sendirinya kekuasaan itu dan juga tidak bisa mendorong ataupun memberikan
hak untuk mengeluarkan perintah, membuat peraturan dan memberikan sanksi pada
yang tidak patuh atau yang salah. Dan sebuah wewenang itu menjadi kunci untuk
bisa memberikan perintah, dan hak lain sebagai pennguasa. Ketika kekuasaan
telah memiliki wewenang, akan ada sebuah tantangan untuk bisa membuat anggota
untuk patuh dan mengikuti perintah dan aturan yang dibuat penguasa, maka harus
ada sebuah keterkaitan antara penguasa dan anggota masyarkat untuk membuat
sebuah Negara menjadi tenang dan tanpa kekerasan dalam pelaksanaan
kekuasaannya. Dibutuhkan sebuah pengakuan atau keabsahan dari kekuasaan yang
berwewenang, hal tersebut untuk menghindari kekerasan dan juga pemaksaan pada
anggota masyarakat untuk mengikuti aturan dan perintah dari penguasa.
3.
Peranan Kekuasaan
dalam Kemajuan Negara
Kemajuan sebuah Negara sangat
dipengaruhi oleh kualitas warga negaranya dan juga kualitas pemimpinnya, setiap
Negara memiliki sumber daya yang berbeda-beda baik dari segi kualitasa atupun
kuantitas. Kebijakan yang dikeluarkan oleh penguasa haruslah memberikan dampak
yang positif dan mensejahterakan anggota masyarakatnya. Jadi, kekuasaan atau
penguasa memiliki peranan dalam kemajuan sebuah Negara dalam bentuk
kebijakan-kebijakan. Kebijakan yang dikeluarkan sudah semestinya harus
mensejahterkan anggota masyarakat.
·
Kesimpulan
Konsep kekuasaan
sangat penting untuk memahami bagaimana orang mampu saling mempengaruhi dalam
organisasi (Mitzberg, 1983; feffer, 1981, 1992), kekuasaan melibatkan kapasitas
dari satu pihak(agen) untuk mempengaruhi pihak lain(target). Konsep ini lebih
fleksibel untuk digunakan dengan berbagai cara. istilah ini sangat perpewngaruh
agen terhadap seseorang sebagai satu target, atau terhadap berbagai orang yang
menjadi target.terkadang istilah ini menunjukan potensi pengaruh atas hal-hal
atau peristiwa dan juga sikap dan prilaku. Terkadang agen merupakan kelompok
atasu organisasi bukannya individual.
Terkadang
kekuasaan didefenisikan dalam konteks relatif bukanya absolut yang berarti
batasan dimana agen tersebut mempunyai pengaruh lebih besar terhadap target
dibandingkan dengan yang dimiliki target terhadap agen akhirnya terdapat
berbagai jenis kekuasaan dan satu agen bisa mempunyai lebih banyak .
Meningkatnya
kekuasaan memberi penghargaan oleh bawahan terhadap atasannya sangat terbatas
pada sebagian besar organisasi. Beberpa organisasi memberikan mekanisme formal
kepada bawahan untuk mengevaluasi pimpinannya. Namun, bawahan biasanya
mempunyai pengaruh tidak langsung reputasi pimpinannya dan prospek untuk
mendpatkan kenaikan gaji atau promosi.
Komentar
Posting Komentar